TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan neraca perdagangan masih akan tertekan pada Desember 2018. Tekanan tersebut berasal dari sisi impor yang masih cukup tinggi.
Baca juga: BI Prediksi CAD Triwulan IV 2018 di Atas 3 Persen
"Perlu dilihat impor sendiri masih related dengan barang modal khususnya karena kegiatan investasi kita yang masih cukup besar," kata Dody ditemui di Kompleks Bank Indonesia, Budi Mulia, Jakarta Pusat, Jumat 11 Januari 2019.
November 2018 lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) dalam rilisnya menyatakan bahwa neraca perdagangan tercatat kembali mengalami defisit sebesar US$ 2,05 miliar. Tercatat realisasi impor masih lebih besar jika dibandingkan dengan ekspor.
BPS mencatat realisasi ekspor Indonesia pada November mencapai US$ 14,83 miliar. Sedangkan realisasi impor tercatat sebesar US$ 16,88 miliar. Meski defisit, BPS juga mencatat ekspor dan impor tersebut sama-sama menurun jika dibandingkan bulan sebelumnya.
Dody melanjutkan, meski masih defisit, BI mencatat tren terjadinya defisit perdagangan mulai menurun. Menurut Dody, neraca dagang yang awalnya defisit tidak mungkin menjadi surplus secara tiba-tiba.
"Karena kalau langsung terjadi surplus itu juga apa penyebabnya? Apakah kenaikan yang tajam dari ekspor atau kenaikan yang tajam dari impor tentunya tren kita lihat," kata Dody soal neraca perdagangan.
